Prajogo Pangestu mengalami kerugian yang signifikan pada awal perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat, 7 Februari 2025. Total kerugian yang ditanggung mencapai Rp 163 triliun hanya dalam beberapa menit pertama perdagangan. Penurunan tajam ini terjadi akibat kinerja saham-saham yang dimilikinya yang mengalami penurunan secara serentak. Beberapa saham miliknya bahkan menyentuh batas bawah otomatis, seperti Barito Renewables Energy dan Petrindo Jaya Kreasi. Selain itu, saham Petrosea juga merosot lebih dari 20%.
Penurunan ini berdampak luas pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang sempat anjlok lebih dari 3% dan kembali ke level 6.600. Meskipun demikian, IHSG mulai memulihkan diri dengan pelemahan tersisa kurang dari 2%. Kelima saham milik Prajogo masuk dalam daftar 10 emiten yang paling membebani kinerja IHSG hari itu. Salah satu penyebab utama penurunan ini adalah keputusan Morgan Stanley Capital International (MSCI) yang tidak memasukkan tiga emiten milik Prajogo ke dalam indeks MSCI Investable Market pada review Februari 2025. Hal ini disebabkan oleh kendala investibilitas yang ditemukan setelah analisis mendalam.
Meskipun situasi pasar saat ini tampak suram, penting untuk tetap optimis dan melihat sisi positif dari peristiwa ini. Pasar saham selalu memiliki fluktuasi, dan setiap tantangan membawa peluang baru. Investor harus tetap bijaksana dan sabar, serta mempertimbangkan jangka panjang dalam pengambilan keputusan. Keputusan MSCI tentunya akan mendorong perusahaan-perusahaan tersebut untuk meningkatkan kinerja dan memenuhi standar investibilitas yang lebih tinggi di masa depan. Dengan begitu, mereka dapat kembali menjadi pilihan investasi yang menarik bagi investor global.