Dalam perspektif global, pemilihan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) telah menimbulkan kekhawatiran di berbagai negara. Namun, analisis mendalam menunjukkan bahwa pengaruh kebijakan Trump terhadap ekonomi Asia tidak sebesar yang dikhawatirkan. Menurut para ahli, dampak tersebut relatif kecil, bahkan bagi China yang sering dipandang sebagai paling terpengaruh.
Kebijakan ekonomi AS seperti tarif tinggi, pembatasan imigrasi, dan kebijakan fiskal ekspansif hanya memberikan efek minimal pada pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia. Albert Francis Park, seorang ekonom senior, menyampaikan hal ini dalam sebuah acara ekonomi di BSD City. Dia menjelaskan bahwa penurunan ekspor China ke AS telah meminimalisir dampak negatif. "China telah memperluas pasar ekspornya, sehingga ketergantungan pada AS semakin berkurang," ungkapnya. Kini, ekspor China ke AS hanya mencapai kurang dari 3% dari PDB mereka.
Bagi Indonesia, situasi ini justru membuka peluang positif. Dengan peralihan investasi dari China ke Indonesia, pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan akan mengalami peningkatan. "Model kami memprediksi efek positif pada ekonomi Indonesia," kata Francis. Selain itu, ketahanan ekonomi Asia telah terbukti mampu mengatasi berbagai tantangan, termasuk pandemi dan fluktuasi harga komoditas. Para ahli menekankan pentingnya manajemen ekonomi makro yang baik untuk menjaga stabilitas dan respons cepat terhadap perubahan lingkungan.
Tidak ada alasan untuk khawatir, karena ekonomi Asia telah membuktikan ketangguhannya dalam menghadapi berbagai tantangan. Melalui strategi yang tepat dan adaptasi terhadap dinamika global, negara-negara Asia dapat terus tumbuh dan berkembang dengan stabil.