Dalam perkembangan ekonomi terbaru, Bank Pembangunan Asia (BPA) memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh sekitar 5% pada tahun 2025. Meskipun angka ini belum mencapai target ambisius 8%, namun menurut para ahli, capaian ini cukup baik. Pertumbuhan ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan banyak negara di kawasan Asia Tenggara dan negara berkembang lainnya di benua tersebut. Konsumsi rumah tangga menjadi sumber utama perekonomian Indonesia, disusul oleh investasi dan ekspor yang meningkat berkat lonjakan harga komoditas pertambangan dan perkebunan.
Pada hari Kamis, 30 Januari 2025, dalam acara BRI Microfinance Outlook 2025 yang diselenggarakan di Nusantara Hall, ICE BSD, Tangerang, Albert Francis Park, Kepala Ekonom BPA, memberikan pandangannya tentang proyeksi ekonomi Indonesia. Menurutnya, meskipun industri manufaktur mengalami penurunan sejak kuartal III-2024, ada tanda-tanda pemulihan yang positif di akhir tahun. Dengan pertumbuhan 5%, Indonesia tetap unggul dibandingkan banyak negara di wilayah tersebut. Sumber daya utama ekonomi Indonesia adalah konsumsi rumah tangga, diikuti oleh investasi dan ekspor yang kuat. Lonjakan harga komoditas pertambangan dan perkebunan telah membantu mendorong ekspor.
Berdasarkan laporan ini, tampak bahwa Indonesia sedang berada di jalur yang tepat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil. Meski tantangan masih ada, seperti pelemahan di sektor manufaktur, namun adanya pemulihan ekspor dan investasi menunjukkan potensi positif bagi masa depan ekonomi negeri ini.
Dari perspektif seorang jurnalis, proyeksi pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki fondasi yang kuat untuk berkembang. Meskipun target 8% mungkin sulit dicapai dalam waktu dekat, pertumbuhan 5% merupakan langkah yang signifikan. Ini menegaskan bahwa Indonesia harus terus fokus pada diversifikasi ekonomi dan memanfaatkan kekuatan sektor-sektor utamanya untuk mencapai tujuan jangka panjang yang lebih besar.