Pasar
Penurunan IHSG Ditandai oleh Aksi Profit Taking dan Sentimen Global
2025-01-24

Pada akhir perdagangan Jumat (24/1/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan. IHSG merosot 0,92% ke level 7.166,06, kembali ke level psikologis 7.100. Transaksi mencapai sekitar Rp 12,6 triliun dengan 25,7 miliar saham berpindah tangan. Sektor teknologi dan infrastruktur menjadi penekan utama, sementara dua saham perbankan raksasa juga memberikan dampak besar. Penyebabnya adalah aksi profit taking menjelang libur panjang dan pernyataan Presiden AS Donald Trump di WEF 2025.

Pada hari Jumat, 24 Januari 2025, di tengah suasana pasar yang cemas, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dalam kondisi merosot. IHSG menurun 0,92% hingga mencapai posisi 7.166,06, kembali ke level psikologis 7.100. Nilai transaksi mencapai sekitar Rp 12,6 triliun, melibatkan 25,7 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Dari 810 saham yang diperdagangkan, hanya 213 saham yang menguat, sementara 354 saham melemah dan 243 saham stagnan.

Sektor teknologi dan infrastruktur menjadi penekan terbesar, dengan penurunan masing-masing 2,07% dan 1,43%. Dua saham perbankan raksasa, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), juga turut menekan IHSG sebesar 16,4 dan 16 indeks poin. Selain itu, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) juga berkontribusi pada penurunan tersebut.

Penyebab utama penurunan ini adalah aksi profit taking menjelang libur panjang pada pekan depan, di mana perdagangan pasar saham Indonesia hanya berlangsung selama dua hari. Di sisi lain, pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, di Pertemuan Tahunan World Economic Forum (WEF) 2025 di Davos, Swiss, juga mempengaruhi sentimen pasar. Trump menyerukan penurunan suku bunga global dan menyuarakan rencana perang dagang, yang semakin menambah ketidakpastian.

Berita tambahan tentang instruksi Presiden RI Prabowo Subianto untuk efisiensi anggaran pemerintah senilai Rp 306,69 triliun juga memengaruhi pasar. Langkah ini bertujuan untuk mendukung program prioritas seperti Makan Bergizi Gratis (MBG). Meskipun demikian, pemangkasan belanja seremonial dan perjalanan dinas dapat memengaruhi dinamika pelaksanaan program di daerah.

Dengan kombinasi kebijakan domestik dan sentimen global, pergerakan pasar di tahun 2025 diprediksi akan sangat bergantung pada sinergi antara pemerintah, pelaku pasar, dan emiten. Efisiensi anggaran di satu sisi dapat menekan pertumbuhan ekonomi, tetapi di sisi lain, dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia.

Sebagai seorang jurnalis, saya melihat bahwa tantangan eksternal seperti ketidakpastian kebijakan perdagangan AS dan tekanan dolar AS masih membayangi. Namun, pengelolaan anggaran yang prudent oleh pemerintah dapat menjadi langkah penting untuk menjaga stabilitas pasar serta mendukung pertumbuhan ekonomi. Sinergi antara semua pihak menjadi kunci untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

More Stories
see more