Perdagangan karbon di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan perkembangan yang positif sejak diluncurkan pada September 2023 hingga akhir Desember 2024. Transaksi mencapai nilai Rp 50,64 miliar dengan volume transaksi 1.349.894 ton CO2e. Angka ini mengindikasikan respons yang kuat terhadap inisiatif transisi menuju ekonomi rendah karbon. Proyek-proyek seperti pembangkit listrik tenaga air dan energi geotermal telah mendapatkan sertifikasi pengurangan emisi gas rumah kaca, memberikan dorongan lebih lanjut untuk pertumbuhan perdagangan karbon.
Sejak peluncuran platform perdagangan karbon IDXCarbon, BEI telah mencatat peningkatan signifikan dalam aktivitas transaksi. Sampai akhir tahun 2024, total nilai transaksi mencapai Rp 50,64 miliar, melibatkan 100 pengguna jasa. Volume transaksi mencapai 1.349.894 ton CO2e, dengan frekuensi transaksi sebanyak 152 kali. Ini menunjukkan bahwa kondisi pasar cukup kondusif untuk perdagangan karbon, dengan respon positif dari berbagai pihak yang terlibat.
Transaksi perdagangan karbon ini mencerminkan komitmen kuat Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Dengan adanya proyek-proyek yang telah mendapatkan sertifikat pengurangan emisi gas rumah kaca, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air Minihidro Gunung Wugul dan proyek Lahendong Unit 5 & Unit 6 PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, BEI berhasil memfasilitasi transisi ke ekonomi rendah karbon. Hal ini juga didukung oleh proyek PLTGU Blok 3 PJB Muara Karang yang turut serta dalam upaya ini. Selain itu, unit karbon yang masih dapat diperdagangkan mencapai 1,349,894 ton CO2e, menunjukkan potensi yang besar untuk pertumbuhan lebih lanjut di masa depan.
Bursa Efek Indonesia telah memperkenalkan beberapa inisiatif untuk mendukung ekonomi rendah karbon. Salah satu contohnya adalah peluncuran platform perdagangan karbon IDXCarbon, yang telah menunjukkan hasil yang sangat baik. Proyek-proyek yang mendapatkan sertifikat pengurangan emisi gas rumah kaca menjadi bukti nyata dari komitmen tersebut. Dengan demikian, perdagangan karbon tidak hanya membantu mengurangi dampak lingkungan tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Sampai akhir Desember 2024, tiga proyek utama telah mendapatkan sertifikat pengurangan emisi gas rumah kaca. Proyek-proyek ini termasuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Minihidro Gunung Wugul, proyek Lahendong Unit 5 & Unit 6 PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, dan pembangunan Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Blok 3 PJB Muara Karang. Ketiga proyek ini telah memberikan kontribusi signifikan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendukung tujuan ekonomi rendah karbon. Selain itu, unit karbon yang telah diperdagangkan mencapai 427,247 ton CO2e, menunjukkan bahwa upaya ini telah membuahkan hasil yang positif. Dengan potensi perdagangan karbon yang masih besar, BEI berharap dapat terus memperluas dukungan untuk proyek-proyek serupa di masa mendatang.