Pasar
Rupiah Tertekan Dolar AS, Investor Asing Tinggalkan Pasar Domestik
2024-11-13
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus mengalami tekanan, dengan pelemahan yang signifikan dalam beberapa hari terakhir. Hal ini disebabkan oleh kuatnya dolar AS di pasar global serta arus keluar dana asing dari instrumen keuangan dalam negeri. Situasi ini memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar, yang kini menanti perkembangan data inflasi AS sebagai pertimbangan kebijakan moneter Bank Sentral AS.
Rupiah Tertekan, Investor Asing Tinggalkan Pasar Domestik
Dolar AS Kokoh, Rupiah Tertekan
Pergerakan rupiah dalam beberapa hari terakhir cukup berat dalam melawan dolar AS. Hal ini disebabkan oleh kuatnya greenback di pasar global, yang menjadi penghambat utama bagi laju mata uang Garuda. Berdasarkan data Refinitiv, pada perdagangan Selasa (12/11/2024), rupiah ditutup melemah signifikan 0,64% ke posisi Rp15.775/US$. Indeks dolar AS (DXY) yang tetap kokoh menjadi faktor utama yang menekan pergerakan rupiah. Hingga penutupan perdagangan kemarin, dolar AS berada pada posisi terkuat sejak Juli tahun ini, menembus level 106. Kondisi ini menunjukkan dominasi dolar AS di pasar global, yang berdampak pada pelemahan mata uang-mata uang lainnya, termasuk rupiah.Arus Keluar Dana Asing Tambah Beban Rupiah
Selain tekanan dari kuatnya dolar AS, rupiah juga mendapatkan tekanan dari arus keluar dana asing dari pasar domestik. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), untuk periode 4-7 November 2024, tercatat dana asing sebesar Rp10,23 triliun yang meninggalkan tiga instrumen keuangan dalam negeri, yaitu saham, Surat Berharga Negara (SBN), dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Fitra Jusdiman, menjelaskan bahwa faktor global, terutama dampak dari hasil Pilpres Amerika Serikat yang dimenangkan Donald Trump, menjadi penyebab utama pelemahan rupiah dan aset domestik saat ini."Faktor utama pelemahan rupiah dan aset domestik saat ini lebih berasal dari faktor global, utamanya dari AS, di mana banyak dana asing yang kembali ke AS," ujar Fitra.Menanti Prospek Inflasi AS
Selain tekanan dari kuatnya dolar AS dan arus keluar dana asing, pelaku pasar juga kembali pada mode "wait and see" terkait data inflasi AS yang akan dirilis. Inflasi AS pada September lalu tercatat mencapai 2,4% (year on year/yoy), menjadi pertimbangan utama bagi The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga.Sejauh ini, inflasi AS masih berada pada track dengan target The Fed di level 2%. Namun, jika inflasi semakin mengetat, tentu akan ada perubahan yang perlu dicermati terhadap kebijakan moneter AS nantinya. Hal ini akan menjadi faktor penting yang mempengaruhi pergerakan rupiah di masa mendatang.Analisis Teknikal Rupiah
Secara teknikal, pelemahan rupiah yang signifikan terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa (12/11/2024) telah membuka gap up yang cukup lebar. Hal ini kemudian berubah menjadi support yang perlu dicermati jika rupiah berbalik arah menguat ke level Rp15.685/US$.Sementara itu, untuk resistance atau potensi pelemahan rupiah terdekat berada di level Rp15.800/US$, yang merupakan level psikologis terdekat, sekaligus mendekati high candle yang pernah tercapai pada 6 November lalu di Rp15.855/US$.Situasi ini menunjukkan bahwa pergerakan rupiah masih berada dalam tekanan, dengan potensi pelemahan yang perlu diwaspadai oleh para pelaku pasar. Namun, jika rupiah dapat kembali menguat, level Rp15.685/US$ menjadi support yang penting untuk dicermati.