Pasar saham Indonesia mengalami penurunan pada awal perdagangan sesi pertama Rabu, seiring dengan antisipasi data ekonomi domestik yang penting. Investor menunggu pengumuman pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2024, yang menjadi indikator pertama era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Selain itu, tindakan China dalam membalas perang tarif oleh Amerika Serikat juga turut mempengaruhi sentimen pasar.
Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) mencerminkan ketidakpastian ini. Meskipun IHSG membuka perdagangan dengan melemah 0,16%, koreksi sedikit berkurang setelah lima menit hingga mencapai 0,1%. Nilai transaksi awal mencapai Rp 906 miliar dengan volume transaksi sebesar 2,3 miliar lembar saham. Pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2024 diperkirakan mencapai 5% year-on-year dan 0,5% quarter-to-quarter, sementara pertumbuhan tahunan diproyeksikan mencapai 5,01%. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berada di rentang 4,7-5,5%.
Hubungan dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, AS dan China, semakin memanas. Beijing memberlakukan tarif balasan atas impor dari AS sebagai respons terhadap tarif baru yang dikenakan oleh pemerintah Trump. Tarif ini mencakup batu bara, gas alam cair (LNG), minyak mentah, serta beberapa jenis kendaraan. Langkah ini diambil hanya beberapa jam setelah tarif tambahan 10% oleh AS mulai berlaku. Para analis percaya bahwa perang dagang ini masih berada di tahap awal, namun potensi eskalasi lebih lanjut tetap tinggi. Meski demikian, dampak langsungnya terhadap ekonomi China dinilai tidak signifikan.
Ketidakpastian global dan domestik menunjukkan tantangan yang harus dihadapi oleh ekonomi Indonesia. Namun, optimisme tentang pertumbuhan ekonomi yang stabil tetap ada. Pemerintah dan Bank Indonesia berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi, meskipun tantangan dari luar negeri semakin meningkat. Dengan langkah-langkah strategis, Indonesia dapat melanjutkan jalannya menuju pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan.