Di tengah ketidakpastian ekonomi global, BEI tetap menjadi indikator utama bagi investor untuk memahami kesehatan ekonomi nasional. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang perubahan signifikan dalam IHSG, faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakannya, serta langkah-langkah strategis yang diambil oleh pemerintah untuk meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia.
Pada akhir perdagangan Kamis, IHSG ditutup melemah 0,34% ke posisi 7.232,64. Pergerakan ini terjadi setelah indeks sempat pulih ke level psikologis 7.300, yang terakhir kali dicapai pada 13 Desember 2024. Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 13 triliun, melibatkan 16 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Dari total saham yang diperdagangkan, 240 saham menguat, 318 saham melemah, dan 254 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor properti dan bahan baku menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, dengan penurunan masing-masing 2,95% dan 1,06%. Emiten properti PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan, mencapai 14,3 indeks poin. Selain itu, ada saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang juga menekan IHSG sebesar 6,1 indeks poin, kemudian PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 5 indeks poin, dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) sebesar 3,6 indeks poin.
Koreksi IHSG terjadi setelah empat hari beruntun konsisten bergerak di zona hijau. Tekanan global yang mereda membuat IHSG bergerak positif dalam beberapa hari terakhir. Namun, pelaku pasar harus tetap mewaspadai perkembangan ekonomi yang bisa menjadi penentu pergerakan IHSG. Kombinasi faktor global dan domestik memberikan angin segar bagi pasar saham.
Di Amerika Serikat (AS), rekor baru S&P 500 dan Nasdaq menunjukkan optimisme terhadap teknologi dan kecerdasan buatan (AI). Sementara di Indonesia, penguatan IHSG didukung oleh kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dan harapan terhadap musim laporan keuangan. Meskipun tantangan masih ada, seperti tekanan dari penguatan dolar AS dan proteksionisme perdagangan, tetapi langkah-langkah strategis yang diambil oleh pemerintah dan emiten memberikan dasar yang kuat untuk pertumbuhan pasar di 2025.
Sebelumnya, pemerintah melalui revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2023, mewajibkan eksportir untuk menempatkan 100% DHE di dalam negeri mulai 1 Maret 2025. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan pasokan dolar di dalam negeri, sehingga rupiah lebih tahan terhadap tekanan eksternal. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menjamin bahwa kebijakan ini tidak akan membebani eksportir.
Pemerintah telah menyiapkan instrumen keuangan yang kompetitif, termasuk bunga yang lebih rendah dibandingkan negara lain. Selain itu, pemerintah tengah merancang berbagai insentif untuk mendukung kelancaran ekspor, sehingga daya saing perdagangan Indonesia tetap terjaga. Langkah-langkah ini diharapkan dapat memberikan dampak positif pada stabilitas ekonomi dan meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar saham Indonesia.
Meskipun tantangan masih ada, seperti tekanan dari penguatan dolar AS dan proteksionisme perdagangan, tetapi langkah-langkah strategis yang diambil oleh pemerintah dan emiten memberikan dasar yang kuat untuk pertumbuhan pasar di 2025. Pelaku pasar perlu tetap waspada terhadap dinamika ekonomi global dan domestik, namun juga harus optimis terhadap potensi pertumbuhan yang ada.
Pasar saham Indonesia memiliki daya saing tinggi di tingkat global, terutama dengan dukungan kebijakan pemerintah yang pro-ekspor dan inovasi teknologi. Dengan demikian, peluang untuk pertumbuhan pasar saham Indonesia di tahun 2025 tetap terbuka lebar, asalkan pelaku pasar dapat memanfaatkan situasi dengan bijak dan responsif terhadap perubahan kondisi ekonomi.