Pasar
Pelemahan Rupiah Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi Global
2025-01-31

Dalam laporan terbaru, mata uang rupiah mengalami penurunan nilai terhadap dolar Amerika Serikat di tengah ketidakpastian pasar keuangan. Berdasarkan data yang tersedia, rupiah dibuka lebih lemah pada perdagangan Jumat, 31 Januari 2025, dengan pergerakan mencapai Rp16.260 per dolar AS. Ketidakpastian ini sebagian besar disebabkan oleh ancaman tarif impor yang mungkin diterapkan oleh pemerintah AS. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap inflasi dan kebijakan suku bunga Federal Reserve.

Ketidakpastian Pasar dan Ancaman Tarif Impor Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

Pada hari Jumat, 31 Januari 2025, dalam suasana ekonomi global yang penuh ketidakpastian, mata uang rupiah dibuka melemah terhadap dolar AS. Menurut data dari Refinitiv, rupiah bergerak di level Rp16.260 per dolar AS, turun 0,03% dari penutupan sebelumnya. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pelemahan ini adalah pernyataan Presiden AS Donald Trump, yang mengindikasikan bahwa ia mungkin akan membuat keputusan pada malam itu tentang apakah akan menerapkan tarif 25% pada impor minyak dari Meksiko dan Kanada, yang akan berlaku mulai 1 Februari 2025.

Tarif impor yang tinggi dapat menyebabkan pelaku pasar khawatir akan tekanan inflasi yang berat di AS, sehingga sulit bagi The Fed untuk mencapai target inflasi sebesar 2%. Hal ini bisa mendorong bank sentral AS untuk menahan kenaikan suku bunga. Menurut analisis Fedwatch, peluang The Fed untuk memangkas suku bunga hanya sekali pada tahun ini, yakni pada pertemuan Juni, menjadi 4,00% – 4,25%, tampaknya semakin tipis.

Di sisi lain, klaim pengangguran awal di AS turun secara signifikan menjadi 207.000 dalam periode yang berakhir 25 Januari, jauh di bawah perkiraan pasar sebesar 220.000. Penurunan ini menunjukkan bahwa angka klaim telah kembali ke level terendah dalam beberapa pekan terakhir, sejalan dengan pernyataan Federal Reserve bahwa pasar tenaga kerja AS telah stabil di tingkat yang solid.

Sementara itu, klaim lanjutan juga turun menjadi 1.858.000, memberikan indikasi positif tentang stabilitas pasar tenaga kerja AS. Hasil ini mendukung pandangan bahwa suku bunga dapat tetap berada pada level yang ketat untuk periode yang lebih lama.

Dari perspektif seorang jurnalis, situasi ini menunjukkan betapa sensitifnya mata uang negara berkembang seperti Indonesia terhadap ketidakpastian ekonomi global. Pelemahan rupiah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor domestik, tetapi juga oleh kebijakan ekonomi negara-negara maju, terutama AS. Kestabilan ekonomi global sangat penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan meningkatkan kepercayaan investor.

More Stories
see more