Mata uang rupiah mengalami penguatan signifikan setelah pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Pada perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp16.330, menunjukkan kenaikan 0,15%. Ini merupakan peningkatan yang cukup setelah beberapa hari sebelumnya mengalami perlambatan. Secara umum, pergerakan ini mencerminkan respons pasar terhadap kebijakan ekonomi baru yang dijanjikan oleh pemerintahan Trump.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) juga turun ke level 108 dari posisi sebelumnya di level 109. Kebijakan perdagangan yang diumumkan oleh Trump pada hari pertamanya menjabat tampaknya belum memberikan dampak langsung pada tarif impor atau pajak baru. Sebaliknya, Trump berfokus pada pembentukan Layanan Pendapatan Eksternal untuk mengumpulkan pendapatan dari sumber-sumber asing. Hal ini menciptakan optimisme dalam kalangan investor bahwa ekonomi global mungkin akan stabil dalam jangka pendek.
Para analis memperkirakan bahwa volatilitas rupiah masih mungkin terjadi, terutama jika ancaman tarif perdagangan kembali menjadi isu utama. Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana, menyarankan agar para pelaku pasar tidak terlalu euforia dengan kondisi saat ini. Sementara itu, Maybank Indonesia Economic Research menyatakan bahwa penguatan rupiah bersama mata uang Asia lainnya mencerminkan arus masuk dana ke pasar keuangan Indonesia. Pandangan optimis juga disampaikan oleh Ralph Birger Poetiray dari Bank Mega, yang melihat potensi penguatan lebih lanjut karena fundamental rupiah yang kuat dan permintaan musiman yang belum muncul.
Kondisi ini menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi global sangat dipengaruhi oleh kebijakan negara-negara besar. Meskipun ada ketidakpastian, peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkan situasi ini tetap ada. Dengan persiapan yang matang, Indonesia dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk memitigasi risiko dan memaksimalkan manfaat dari dinamika ekonomi global yang sedang berlangsung.