Pasar
Situasi Ekonomi Global dan Langkah-langkah OJK untuk Stabilitas Ekonomi Indonesia
2025-01-07

Perekonomian global mengalami pemulihan yang terbatas, dengan data penting dari sebagian besar negara tidak sesuai ekspektasi. Inflasi masih menjadi tantangan utama, mendorong bank-bank sentral untuk mengambil sikap netral meskipun suku bunga telah turun dalam dua bulan terakhir. Di Amerika Serikat (AS), perekonomian tampak solid tetapi inflasi tetap tinggi. The Fed menunjukkan sinyal pemotongan suku bunga namun tetap berkomitmen pada kebijakan high for longer. Di China, tanda-tanda perbaikan ekonomi mulai terlihat. Di Indonesia, kondisi ekonomi domestik tetap stabil, dengan inflasi yang terkendali dan surplus neraca keuangan yang berlanjut. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta Lembaga Jasa Keuangan (LJK) untuk terus memantau faktor risiko dan menerbitkan regulasi baru untuk meningkatkan transparansi dan kepatuhan.

Kondisi Ekonomi Global dan Respons OJK

Di tengah musim gugur yang penuh ketidakpastian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa perkembangan ekonomi global saat ini menunjukkan pemulihan yang sangat terbatas. Mayoritas negara melaporkan data ekonomi yang di bawah harapan, termasuk inflasi yang masih cukup resisten. Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menjelaskan bahwa hal ini mendorong bank sentral di berbagai negara untuk mengambil sikap netral, meskipun beberapa bank sentral telah menurunkan suku bunga dalam dua bulan terakhir.

Berbeda dengan tren global, perekonomian Amerika Serikat (AS) tampak solid. Namun, inflasi AS tetap tinggi, sehingga The Fed memberikan sinyal akan memangkas suku bunga hanya 50 basis poin sambil tetap berkomitmen pada kebijakan high for longer. Di sisi lain, pasar keuangan global juga dipengaruhi oleh Presiden terpilih Donald Trump, yang menambah volatilitas pasar.

Di China, tanda-tanda perbaikan ekonomi mulai terlihat. Meski demikian, CPI menunjukkan disinflasi dan ekspor mengalami kontraksi. PMI manufaktur berada di zona ekspansi, mencerminkan perbaikan di sektor ini. Sedangkan di Indonesia, perekonomian domestik tetap stabil. Inflasi atau headline CPI berada pada 1,55% (yoy) dengan inflasi inti naik menjadi 2,26%. Surplus neraca keuangan berlanjut dan PMI manufaktur terus membaik.

Menghadapi situasi ini, OJK meminta Lembaga Jasa Keuangan (LJK) untuk terus memantau faktor-faktor risiko dan mengukur kemampuan mereka dalam menyerap potensi risiko. Selain itu, OJK juga menerbitkan Peraturan OJK (POJK) No. 18 tahun 2024 tentang informasi pelaku fraud untuk meningkatkan transparansi dan kepatuhan regulasi. OJK juga merancang arsitektur pengawasan terintegrasi untuk periode 2025-2028.

Dari perspektif seorang jurnalis, laporan ini menunjukkan betapa pentingnya stabilitas ekonomi domestik di tengah ketidakpastian global. Upaya-upaya yang dilakukan oleh OJK, seperti memantau risiko dan menerbitkan regulasi baru, merupakan langkah strategis untuk memastikan perekonomian Indonesia tetap kuat dan adaptif terhadap perubahan global. Ini menegaskan komitmen OJK dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.

More Stories
see more