Pasar
Inflasi dan Fed Fund Rate Mengguncang Rupiah di Jakarta
2024-12-18
Di Jakarta, CNBC Indonesia, perubahan suku bunga acuan AS menjadi topik yang menarik. Inflasi yang tinggi dan gangguan rantai pasok dunia menyebabkan penurunan suku bunga tidak sesuai dengan perkiraan awal. Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan wawasan tentang hal ini dalam konferensi pers.

Kenyataan Gubernur BI: Dampak Suatu Perubahan

Bagian 1: Inflasi dan Gangguan Rantai Pasok

Inflasi yang tinggi di AS merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan suku bunga. Gangguan rantai pasok dunia juga memberikan dampak yang signifikan. Hal ini membuat perkiraan tentang penurunan suku bunga menjadi lebih sulit. Inflasi tidak hanya mempengaruhi harga barang dan jasa, tetapi juga kebijakan keuangan. Gangguan rantai pasok dunia dapat mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi dan merusak keseimbangan pasar.

Bagian 2: Kebijakan Fiskal AS dan Yield US Treasurry

Kebijakan fiskal AS yang lebih ekspansif mendorong kenaikan imbal hasil atau yield pada surat utang AS. Baik tenor panjang maupun tenor pendek dipengaruhi oleh kebijakan ini. Penguatan mata uang dolar AS secara luas terus berlanjut, dan investor global memindahkan alokasi portfolio-nya ke AS. Hal ini menimbulkan tekanan pelemahan berbagai mata uang dunia dan tahan aliran masuk portofolio asing ke negara-negara berkembang.

Bagian 3: Dampak Terhadap Rupiah dan Indeks Dolar AS

Rupiah terdepresiasi 0,28% sekitar pukul 10:43 WIB di angka Rp16.105/US$ pada hari ini. Posisi ini merupakan yang terlemah sejak 6 Agustus 2024 atau sekitar empat bulan terakhir. Indeks dolar AS (DXY) tampak turun tipis 0,03% di angka 106,93. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan penutupan sebelumnya. Dampak ini tidak hanya terlihat pada mata uang, tetapi juga pada berbagai sektor ekonomi. Perubahan suku bunga dan kondisi pasar internasional memiliki pengaruh yang luas pada rupiah dan indeks dolar AS.
More Stories
see more