Pada perdagangan Kamis (9/1/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan kenaikan tipis akhir sesi I. Pergerakan ini dipengaruhi oleh respons pasar terhadap risalah bank sentral Amerika Serikat yang dirilis pada dini hari. Meski sempat mencapai level psikologis 7.100, IHSG kembali ke posisi 7.083,37 dengan nilai transaksi mencapai sekitar Rp4,1 triliun. Sektor industri menjadi penopang utama, sementara emiten energi dan perbankan berperan sebagai penekan.
Risalah FOMC minutes The Fed menegaskan perlambatan laju pemotongan suku bunga di tahun ini. Pejabat Federal Reserve mengungkapkan kekhawatiran tentang inflasi dan dampak kebijakan Presiden terpilih AS, Donald Trump, terhadap ekonomi. Hal ini menciptakan ketidakpastian yang memerlukan kehati-hatian dalam kebijakan moneter. Probabilitas suku bunga The Fed akan ditahan pada pertemuan bulan ini mencapai lebih dari 95%.
Dalam sesi perdagangan pagi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan fluktuasi namun tetap positif. Meskipun sempat mencapai level psikologis 7.100, indeks ini kemudian turun sedikit hingga berakhir di 7.083,37. Nilai transaksi mencapai sekitar Rp4,1 triliun, melibatkan 9,7 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 736.180 kali. Sebanyak 252 saham mengalami peningkatan, 319 saham mengalami penurunan, dan 213 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor industri menjadi penopang utama dengan kenaikan 0,71%. Emiten energi baru terbarukan dan perbankan besar menjadi faktor penekan utama, seperti PT Barito Renewables Energy Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Di sisi lain, PT Chandra Asri Pacific Tbk dan PT Bank Central Asia Tbk berperan sebagai penahan koreksi, memberikan dukungan signifikan kepada IHSG. Pergerakan IHSG hari ini cenderung dipengaruhi oleh sentimen eksternal, terutama hasil risalah the Fed yang rilis pada dini hari.
Risalah Federal Open Market Committee (FOMC) dari The Fed yang dirilis pada dini hari membawa dampak signifikan terhadap pasar modal Indonesia. Dalam risalah tersebut, pejabat Federal Reserve menyatakan kekhawatiran tentang inflasi dan dampak kebijakan pemerintahan baru di AS. Ini menciptakan ketidakpastian yang mempengaruhi ekspektasi pasar dan keputusan investasi. Probabilitas suku bunga The Fed akan ditahan pada pertemuan bulan ini mencapai lebih dari 95%, menambah tekanan pada pasar.
Tanpa menyebut nama presiden terpilih, risalah tersebut menyoroti dampak perubahan kebijakan imigrasi dan perdagangan terhadap ekonomi AS. Kebijakan Presiden terpilih AS yang mengancam tarif agresif dan deregulasi massal menciptakan serangkaian ambiguitas tentang masa depan ekonomi global. Hampir semua peserta FOMC menilai bahwa risiko kenaikan inflasi telah meningkat. Keputusan ini mempengaruhi sentimen investor dan membatasi kenaikan IHSG, meski masih bertahan di level 7.000-an. Fluktuasi ini mencerminkan respons pasar terhadap ketidakpastian global dan domestik.